JENIS
PEMERIKSAAN URIN DAN
JENIS PENGAWET
DALAM PEMRIKSAAN URIN
Ø Pemeriksaan
urin terdiri dari 3, yaitu :
1.
Pemeriksaan Makroskopik urin
Pemeriksaan urin
tanpa menggunakan alat, dilihat dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar
matahari.
Pemeriksaannya meliputi :
o Volume
Pengukuran volume urin berguna
untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat
dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin
bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.
Factor-faktor yang mempengaruhi volume
urin :
o Umur e.
suhu badan,
o berat
badan f. iklim
o jenis
kelamin g. makanan dan minuman
o Dan
aktivitas orang yang bersangkutan.
Rata-rata didaerah tropic volume urin
dalam 24 jam antara 800-1300 ml untuk orang dewasa.
poliuri
adalah suatu keadaan dimana volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka
keadaan itu disebut.
Poliuri ini mungkin terjadi pada
keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas,
minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan
oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus,
hipertensi, pengeluaran cairan dari edema.
oliguri
adalah suatu keadaan dimana volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan
ini dikatakan. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah, deman
edema, nefritis menahun.
Anuri
adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal
ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam
dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila
perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes
mellitus.
o Warna
Pemeriksaan warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik.
Warna urin dinyatakan dengan tidak
berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah,
coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan
urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh
kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu.
Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna
seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna
mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti Urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan
kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti :
ü hemoglobin
yang menyebabkan warna merah
ü bilirubin
yang menyebabkan warna coklat
ü obat
dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
o Kejernihan
Dinyatakan dengan salah satu pendapat
seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh.
Biasanya urin segar pada orang normal
jernih.
Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel
epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat
amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung.
Urin yang telah keruh pada waktu
dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel,
leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
o Berat
jenis
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal,
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a.
falling drop c. refraktometer e. piknometer
b.
gravimetric d. reagens pita'
Berat
jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin
herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi
berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai
berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.
Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan
berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan
yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
o Bau
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah
bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,
pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau
amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin
yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal
dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran
kemih.
o pH
urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi
asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum
menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu
karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah
terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa
2.
Pemeriksaan Mikroskopik urin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan
mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui
adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan
dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa
objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil. Selain itu
dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah
rata-rata per LPK untuk silinder dan untuk eritrosit dan leukosit per LPB.
Unsur sedimen yang kurang bermakna
seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++
(banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua yaitu
unsur organik dan non organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau
jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan non organik tidak berasal dari sesuatu organ atau
jaringan seperti urat amorf dan kristal Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin
wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih.
Dalam keadaan normal tidak dijumpai
eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- /LPK dan
pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit
dalam urin disebut hematuria.
Hematuria dapat disebabkan oleh
perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi
saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik.
Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak
di urin disebut piuria. Keadaan ini
sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret
vagina pada penderita dengan fluor albus.
3.
Pemeriksaan Kimia urin
1.
konvensional → metode kimia
basah.
Pemeriksaan kimia basah sudah sangat terbatas
kegunaannya, sejak ada metode kimia kering /dipstik.
Metode basah digunakan untuk konfirmasi pemeriksaan
stik (tergantung derajat kepositipannya dan kaitannya dengan
klinik)
2.
Pemeriksaan kimia STIK
Pemeriksaan urin kimia stik banyak menggantikan
pemeriksaan cara kimia konvensional,
a.
praktis, cepat
serta mudah, murah, dilakukan tanpa banyak peralatan, tidak membutuhkan banyak
ruangan serta cukup reliabel.
b.
pemeriksaan
mikroskopik sudah dapat digantikannya dengan adanya pita lekosit dan eritrosit.
Hal-hal yang harus
diperjatikan :
Reagen pita harus disimpan dalam botolnya asal, tidak
boleh dipindah pindah. Botol harus ditutup kembali setiap mengambil satu stik.
Penyimpanan di tempat administrasi, kering, tidak dekat
air, dan tidak disimpan dalam almari es.
Jangan menyentuh kolom pita reagen. Hindari kontaminasi
dengan detergen atau bahan kimia lain sekitamya.
Hindari cahaya matahari, suhu panas maupun dingin, uap
bahan kimia asam atau basa dan kelembaban.
Jangan pakai pita
yang kedaluwarsa atau telah berubah warnanya. Lakukan
pemantapan kwalitas dengan "Check Performance" atau "Check
Stik".
Reagens pita ini dapat dipakai untuk
pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen
dan nitrit.
urin dikumpulkan dalam penampung yang
bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda
selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari
es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu
kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai
urin pagi atau urin yang telah berada dalam bulibuli minimal selama 4 jam.
Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena
zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan
pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi
alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri
karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah
samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein
lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin,
hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan
proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya
protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang
mengandung ammonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan
hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan
prerenal, renal dan post-renal. Kelainan prerenal disebabkan karena penyakit
sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia
dan dapat timbul karena gangguan perfusiglo merulus seperti pada hipertensi dan
payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan
glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau
kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler
akut dan lain-lain.
Pemeriksaan glukosa dalam urin
dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat
dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi
mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti: galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin,
glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara
enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula
lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan
cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung
kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada
orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus
untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis,
sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau
karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan
dan sindroma Fanconi.
Benda-benda
keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat
dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang
diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat
mendeteksi asam etoasetat
lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka.
Ø Jenis-
jenis pengawet
1.`Refrigerator : Mencegah pertumbuhan bakteri
2. Tymol : Mempertahankan kadar gula dan dinding sedimen
3. Asam borat : Mempertahankan kadar protein
4. Formalin : Mengawetkan bahan sedimen
5. Toluen : Tidak pengaruh tes urin
6. NAF :
Mencegah glikolisis
7. Phenol : Tidak pengaruh tes urin