Iodometri-iodimetri
PRINSIP
· Metode iodometri
Penetuan kadar dari sampel yang bersifat oksidator dengan melarutkannya dengan pelarut yang sesuai kemudian diasamkan dengan Asam sulfat/asam asetat/asam klorida, kemudian ditambahkan KI, didiamkan selama beberapa menit ditempat gelap, iodida yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan Natrium tiosulfat yang bersifat reduktor setelah larutan encer (berwarna kuning) ditambahkan indikator amylum dan titrasi dilajutkan hingga terjadi perubahan warna menjadi bening.
· Metode iodimetri
Penetuan kadar dari sampel yang bersifat reduktor dengan melarutkannya dengan pelarut yang sesuai kemudian diasamkan dengan Asam sulfat/asam asetat/asam klorida, kemudian dititrasi dengan Iodida yang bersifat oksidator hingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi biru.
Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah.
I2 + 2 e <---------> 2I- Eo = + 0,535 Volt
Meskipun demikian Iodium masih mampu mengoksidasi reduktor-reduktor kuat, yaitu yang oksidasi potensialnya lebih rendah. Dengan demikian yodium bereaksi sempurna dengan
reduktor kuat seperti SnCl
2, H
2SO
3,H
2S,Na
2S
2O
3 dan yang laian-lain. Sedangkan dengan reduktor lemah misalnya senyawa – senyawa arsen dan antimon trivalen dan besi (II) sianida dapat berlangsung sempurna bila larutan netral atau sedikit asam. Dalam keadaan demikian, oksidasi potensial dari reduktor tersebut menjadi minimal sedangkan kekuatan mereduksinya menjadi maksimal.
Karena oksidasi potensialnya rendah, maka justru sistem ini lebih menguntungkan karena dapat mereduksi oksidator-oksidator kuat, sehingga iodida dapat mereduksi oksidator tersebut dan kemudian dibebaskan Iodium. Iodium yang dibebaskan dapat ditetapkan dengan larutan baku natrium tiosulfat.
Dari kenyataan tersebut, maka penggunaan metode titrasi dengan Iodida-Iodium dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Titrasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan oksidasi potensial yang lebih rendah dari sistem Iodium-Iodida. Disini digunakan larutan baku Iodium. Metode ini dinamakan metode titrasi langsung atau Iodimetri. (zat uji reduktor)
2. Titrasi yang dilakukan untuk zat-zat dengan oksidasi potensial yang lebih besar dari sistem iodium-iodida, zat-zat ini akan mengoksidasi iodida dan membebaskan iodium. Iodium yang bebas dititrasi dengan larutan baku Natrium tiosulfat . metode ini dinamakan metode titrasi tidak langsung atau iodometri. (zat uji oksidator)
pH dari Kedua metode tersebut harus benar-benar diperhatikan. Larutan harus dijaga agar supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis ini iodium bereaksi dengan hidroksida, membentuk iodida dan hipoyodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi ini tak berjalan kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh ion iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa tersebut.
Pada Penggunaan iodium untuk titrasi,ada dua sumber kesalahan yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Hilangnya yodium karena mudahnya menguap, dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion iodida menjadi I2 dengan reaksi sebagai berikut:
O2 + 4 I- + 4 H+ ------> 2 I2 + 2H2O
2. Pada pH tinggi muncul bahaya lainnya yaitu bereaksinya I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisa) dan hasil reaksinya bereaksi lanjut:
I2 + H2O -----> HOI + I- +H+
4 HOI + S2O32- + H2O ------> 2 SO42- + 4 I- + 6 H+
3. Pemberian amilum terlalu awal. Penambahan amilum harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi, maksudnya agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sukar lepas kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir.
4. Banyak reaksi analat dengan KI yang berjalan lambat. Karena itu seringkali harus ditunggu sebelum titrasi, sebaliknya menunggu terlalu lama tidak baik karena kemungkinan iod menguap. I2 merupakan zat padat yang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam KI, membentuk ion I3- yang merupakan suatu kompleks lemah.
Penguapan dari iodida dapat dikurangi dengan adanya kelebihan iodida, kerena terbetuk ion iodida. Dengan 4% KI, maka penguapan iodium dapat diabaikan, asal titrasinya tidak terlalu lama. Selain itu KI juga dapat menambah kelarutan dari iod.
INDIKATOR
Keuntungan penggunaan indikator kanji/amylum yaitu harganya murah sedangkan kerugiannya ialah :
- Tidak mudah larut dalam air tak stabil pada suspensi dengan air
- Membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi, harus ditunggu hingga warna kuning pucat
- Dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba
Karena banyaknya kerugian ini dianjurkan pemakaian kanji natrium glukolat dengan keuntungan :
- Tidak higroskopik
- Cepat larut dan stabil dalam penyimpanan
- Tidak membentuk kompleks tak lerut dengan iodium sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir titrasi jelas dan tidak tiba-tiba
Kekurangannya indikator ini relatif mahal dipasaran sehingga jarang digunakan.
Indikator kanji bersifat reversibel, artinya biru yang timbul akan hilang lagi apabila yodium direduksi oleh natrium tiosulfat atau reduktor lainnya. Selain itu indikator tersebut, maka untuk menetapkan titik akhir titrasi dapat jiga dipergunakan pelarut-pelarut organik, seperti kloroform, karbontetraklorida dengan terbentuknya warna violet karena melarutan iodium. Penggunaan pelarut-pelarut organik penting terutama bila :
- Susunan sangat asam sehingga kanji terhidrolisa
- Titrasinya berjalan lambat
- Larutannya sangat encer
Kekurangan pemakaian pelarut organik, antara lain ;
- Harus dipakai labu bertutup gelas
- Harus digojok kuat-kuat untuk memisahkan iodium dari air
- Kadang-kadang harus menunggu pemindahannya.