Titrasi argentometri
ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana akan
terbentuk garam perak yang sukar larut.
Metode argentometri
disebut juga sebagai metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan
pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. Argentometri
merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa
lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu.
Metode argentometri
yang lebih luas lagi digunakan adalah
metode titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan
ke sampel yang mengandung ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3
selanjutnya ditirasi kembali dengan menggunakan ammonium tiosianat menggunakan
indikator besi(III) ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi pada penentuan ion
klorida dengan cara titrasi kembali adalah sebagai berikut :(2:147)
AgNO3
berlebih + Cl- ----------> gCl(s)
+ NO3-
Sisa
AgNO3 + NH4SCN ----------> AgSCN(s) + NH4NO3
3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 ----------> Fe(SCN)3
merah + 2(NH4)2SO4
Sebelum dilakukan titrasi kembali, endapan
AgCl harus disaring terlebih dahulu atau dilapisi dengan penambahan dietiftalat
untuk mencegah disosiasi AgCl oleh ion tiosianat. Halogen yang terikat dengan
cincin aomatis tidak dapat dibebaskan dengan hidrolisis sehingga harus dibakar
dengan labu oksigen untuk melepaskan halogen sebelum titrasi.
beberapa metode dalam
titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K.Fajans, dan
metode Leibig.
1.
Metode
Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida
dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan
terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekivalen, maka
penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk
endapan perak kromat yang berwarna merah.
Cara yang mudah untuk membuat larutan netral dari larutan
yang asam adalah dengan menambahkan CaCO3 atau NaHCO3
secara berlebihan. Untuk larutan yang alkalis, diasamkan dulu dengan asam
asetat kemudian ditambah sedikit berlebihan CaCO3. Kerugian metode
Mohr adalah :
a.
Bromida
dan KLorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metoda Mohr akan tetapi untuk
iodida dan tiosianat tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena endapan
perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga
memberikan titik akhir yang kacau.
b.
Adanya
ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
c.
Titk
akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
d.
Ion-ion
yang diadsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil yang
rendah sehingga penggonjongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak tadi.
Titrasi langsung
iodida dengan perak nitrat dapat dilakukan dengan penambahan amilum dan
sejumlah kecil senyawa pengoksidasi. Warna biru akan hilang pada saat titk
akhir dan warna putih-kuning dari endapan perak iodida (AgI) akan muncul.
2.
Metode
Volhard
Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan
pembentukan senyawa berwarna yang larut.
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam
dengan larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali
kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara
jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi(III) amonium sulfat sebagai indikator
yang akan membentuk warna merah dari kompleks besi(III)-tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana
asam, sebab ion besi(III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika
suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukkan. pH larutan harus di bawah 3. Pada titrasi ini
terjadi perubahan warna 0,7-1% sebelum titik ekuivalen. Untuk mendapatkan hasil
yang teliti pada waktu akan dicapai titik akhir, titrasi digojog kuat-kuat
supaya ion perak yang diadsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereaksi
dengan tiosianat.
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida, bromida, dan iodida dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan
larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan larutan baku perak
nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat.
3.
Metode
K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, senyawa
yang biasa digunakan adalah fluoresein dan eosin.
Pada titik ekivalen, indikator teradsorbsi oleh endapan.
Indikator ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada
permukaan endapan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini, endapan
harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Garam netral dalam jumlah
besar dan ion bervalensi banyak harus dihindarkan karena mempunyai daya
mengkoagulasi. Larutan tidak boleh terlalu encer karena endapan yang terbentuk
sedikit sekali sehingga mengakibatkan perubahan warna indikator tidak jelas.
Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pengendap. Ion indikator
harus tidak teradsorbsi sebelum tercapai titik ekuivalen tetapi harus segera teradsorbsi
kuat setelah tercapai titik ekuivalen. Ion indikator tidak boleh teradsorbsi
sangat kuat, seperti misalnya pada titrasi klorida dengan indikator eosin, yang
mana indikator teradsobsi lebih dulu sebelum titik ekuivalen tercapai.
4.
Metode
Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan
dengan indikator akan tetapi ditunjukkan
dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada
larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojoan akan
larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut.
Cara Leibig hanya
menghasilkan titik ahir yang memuaskan apabila pemberian pereaksi pada saat
mendekati titik akhir dilakukan perlahan-lahan. Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan
pada larutan amoni-akalis karena ion perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+
yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan sedikit larutan kalium
iodida.