ANTELMENTIKA
Cacing dibagi menjadi 2 kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar.
A. Plathelminthes (Flatworms)
Ciri-ciri cacing ini memiliki
bentuk tubuh yang pipih dan tidak memiliki rongga.
1.
Cacing pita (cestoda) : Tania,
Echinococus, Hymenolepsis
Parasit
ini memiliki kelamin ganda )Hermaprodit), berbentuk pita yang bersegmen dan
tidak memiliki saluran cerna.
- Cacing
pita babi (Taenia solium)
Infeksi Cacing
Pita Babi adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing pita dewasa Taenia solium. Sistiserkosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh larva dari Taenia solium.
Cacing pita
dewasa panjangnya bisa mencapai 240-300 cm. Terdiri dari bagian kepala yang
memiliki kait-kait kecil dan badannya mengandung 1000 proglotid (bagian yang mengandung telur). Siklus hidupnya mirip cacing pita sapi,
tapi babi hanya merupakan tuan rumah perantara saja. Manusia juga bisa berperan
sebagai tuan rumah perantara, dimana telur cacing mencapai lambung bila
tertelan atau bila proglotid berbalik dari usus ke lambung. Embrio lalu
dilepaskan di dalam lambung dan menembus dinding usus, lalu akan sampai ke otot, organ dalam, otak dan jaringan dibawah kulit, dimana mereka
membentuk kista.
Gejala
Infeksi oleh
cacing dewasa biasanya tidak menyebabkan gejala. Infeksi yang berat oleh kista
bisa menyebabkan nyeri otot, lemah dan demam. Bila infeksi sampai ke otak dan
selaputnya, bisa menimbulkan peradangan, dan bisa terjadi kejang.
Diagnosa
Pada infeksi
cacing dewasa, telur bisa ditemukan disekeliling dubur atau di dalam tinja. Proglotid atau kepala cacing harus
ditemukan di dalam tinja dan diperiksa dengan mikroskop untuk membedakannya
dari cacing pita lainnya. Kista hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa dilihat dengan CT atau MRI.
Kadang-kadang kista bisa ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dari jaringan
yang diambil dari bintil di kulit. Juga bisa dilakukan pemeriksaan antibodi
terhadap parasit.
Pencegahan dan pengobatan
Memasak daging
babi sampai matang betul.
Diberikan
niklosamid atau prazikuantel per-oral (melalui mulut).
- Cacing pita ikan
(Difilobatriasis)
Infeksi Cacing Pita Ikan merupakan
infeksi usus karena cacing pita dewasa Diphyllobothrium
latum.
Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid
(bagian yang mengandung telur) dan panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya
dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan dibuang melalui tinja. Telur akan
mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang akan termakan oleh
krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya
krustasea dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar
terinfeksi yang mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
Gejala
Infeksi biasanya tidak menimbulkan gejala,
meskipun beberapa penderita mengalami gangguan usus yang ringan.
Kadang cacing pita menyebabkan anemia.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya
telur cacing dalam tinja.
Pencegahan dan Pengobatan
Memasak ikan air tawar sampai betul-betul
matang atau membekukannya sampai -10 °Celsius.
Diberikan niklosamid atau prazikuantel
per-oral (melalui mulut).
2. Cacing pipih (Trematoda) : Schistosoma,
Fasciola
-
Cacing hati (Fasciola),
menghuni organ hati hewan ternak (terutama sapi dan babi), menimbulkan
pembesaran hati dan jarang sekali menulari manusia.
B. Nematoda (roundworms)
Termasuk
dintaranya Oxyuris (cacing kermi), Ascaris (cacing Gelang), Ancylostoma (cacing tambang), Strongyloides dan Tricuris (cacing
cambuk), Filariasis
1. CACING KREMI (Enterobius vermicularis)
Infeksi
Cacing Kremi (Oxyriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang
terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan
berkembangbiak di dalam usus.
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama,
telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan.
Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan.
Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan.
Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus
kecil dan tumbuh
menjadi cacing dewasa di dalam usus
besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan
telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu
bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang
menyebabkan gatal-gatal.
Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh
manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
Gejala
1.
Rasa gatal hebat di sekitar anus
2.
Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada
malam hari terganggu)
3.
Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang
timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan
menyimpan telurnya di sana)
4.
Nafsu makan berkurang, berat badan menurun
(jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
5.
Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak
perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
6.
Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar,
atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).
DIAGNOSA
Cacing kremi
dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam
setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip
di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun.
Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.
PENGOBATAN
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui
pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Namun obat ini tidak mematikan telurnya,
sehingga setelah 2 minggu cacing yang menetas harus dimatikan oleh kur ke 2.
Piperazin adalah obat pilihan kedua
Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada
yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci
untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:
1.
Mencuci
tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
2.
Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3.
Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
5.
Menghindari penggarukan daerah anus karena
bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang
dipegang/disentuhnya
2. CACING FILARIA (Wuchereria
bancrofti)
Cacing
filaria mempunyai inang perantara hewan Arthropoda, misalnya nyamuk, dan inang
tetap yaitu manusia pada bagian pembuluh getah bening. Pada siang hari, larva
berada di paru-paru atau di pembuluh darah besar. Pada malam hari, cacing
pindah ke pembuluh arteri atas dan vena perifer di dekat kulit.
Apabila
cacing yang mati menyumbat pembuluh getah bening, maka menyebabkan
pembengkakkan atau terjadinya penyakit kaki gajah (elephantiasis). Mikrofilaria
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Culex.
Pengobatannya menggunakan Dietilkarbamazin (DEC, Hetrazan)
3. CACING CAMBUK
(Trichuriasis)
umumnya
terdapat dinegara dengan iklim panas dan lembak. Alam tubuh manusia biasanya
cacing cambuk terdapat dalam coecum dan bermukim di mukosa ileum dan kolon, dengan
menimbulkan kerusakan dan peradangan. Telurnya dikeluarkan dalam tinja dan
dapat dideteksi untuk keperluan diagnose. Telur dapat berkembang ditanah.
Penularanya melalui makanan dan alat yang terinfeksi.
Gejalanya
pada anak kecil dapat menyebabkan appendicitis akut. Akibat kehilangan
darah dapat juga timbul anemia.
Pengobatan
efektifnya dengan mebendazol, pirantel dan albendazol.
4. CACING TAMBANG (Ancylostoma)
Ada
2 jenis cacing tambang yakni, Necator
americanis dan Anchyclostoma
duedenale pangjangnya 1.k 10 mm.
cacing ini disebut cacing tambang atau cacing terowongan (penyebab tunel
disease) karna terdapat di daerah tambang dan terowongan di gunung.
Penularanya
terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki yang terluka dan menimbulkan reaksi
lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju ke paru-paru dan bronchi, akhirnya
kesaluran cerna. Seperti taenia cacing tambang juga mengaitkan diri pada mukosa
usus dan mengisap darah tuan-rumah hingga menimbulkan anemia yang cukup serius.
Pengobatannya
diarahkan pada 2 tujuan yakni memperbaiki gambaran darah (makanan yang bergizi
dan senyawa besi) dan memberantas cacing dengan obat Mebendazol dan Pirantel
pamoat yang merupakan obat piliha
utama yang sekaligus juga membasmi cacing gelang bila terjadi infeksi campuran.
5.
CACING BENANG (Strongyloides stercoralis)
Penularanya
lewat larva yang berbentuk benang yang menembus kulit. Larva ini dapat dikenali
di tinja tetapi tidak mengandung telurnya. Berhhubung terjadinya autoreinfeksi,
maka cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atau usus
halus. Ditempat ini cacing merusak jaringan dan menimbulkan reaksi radang.
Gejalanya yang
khas adalah gatal hebat (urticaria) dibagian bokong yang bersifat sementara,
juga gangguan perut dan irotasi saluran pernafasan (batuk, engap) akibat
migrasi cacing.
Pengobatan Tiabendazol
dan ivermestin merupakan obat
pilihan pertama terhadap cacing benang albendazol
juga efektif.